Kelurahan Krandegan merupakan salah satu kelurahan di pusat Kabupaten Banjarnegara. Beberapa relawan bersama organisasi masyarakat melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas permukiman dengan berbagai jenis kegiatan. Salah satunya dengan kerjasama antara kelompok ibu-ibu PKK dan Lembaga Keswadayaan Masyarakat ( LKM ) Gotong Royong Kelurahan Krandegan dengan melakukan pengumpulan sampah.
Relawan-relawan
pemberdayaan masyarakat ikut serta menuntaskan aspek-aspek kumuh dilingkungan
tempat tinggal masing-masing. Setelah melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan
tentang sampah diberbagai tempat, para relawan sepakat membentuk bank sampah di
Keluarahan Krandegan. Pak Gunawan
namanya, seorang relawan pemberdayaan yang sekarang menjadi Koordinator Lembaga
Keswadayaan Masyarakat (LKM) Gotong Royong melakukan proses-proses pembentukan bank
sampah. Hal ini untuk mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan sosial
masyarakat yang memberikan dampak negatif
berupa sampah yang mudah terurai maupun
sampah yang sulit terurai. Kelompok Bank Sampah di Kelurahan Krandegan Kecamatan Banjarnegara dinamakan Jagapati, yang beranggotakan warga kelurahan dan warga sekitarnya. Kegiatan ini juga menjadi dukungan terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman ( P2KKP) 2016 dan Program Kota Tanpa Kumuh ( Kotaku ) yang di mulai tahun 2017 di Kabupaten Banjarnegara.
Dengan menukarkan sampah yang sudah dipilah seperti plastik, kardus, kertas dan besi kepada Bank Sampah Jagapati mereka memilik tabungan yang dicatat dipengurus bank sampah, anggota ada yang sudah memiliki tabungan sampai Rp.900.000 ribu rupiah dalam jangka waktu 5 bulan melakukan pengumpulan sampah yang sudah dipilah.
Berikut ini tahapan
pengelolaan sampah melalui prinsip 3 R yaitu :
Dengan menukarkan sampah yang sudah dipilah seperti plastik, kardus, kertas dan besi kepada Bank Sampah Jagapati mereka memilik tabungan yang dicatat dipengurus bank sampah, anggota ada yang sudah memiliki tabungan sampai Rp.900.000 ribu rupiah dalam jangka waktu 5 bulan melakukan pengumpulan sampah yang sudah dipilah.
Pengurus Bank Sampah Mencatat di Buku Tabungan |
REDUCE..... kurangi !!!
Gunakan produk isi ulang (refill), Hindari pemakaian produk sekali pakai, ganti pampers sekali pakai dengan yang bisa cuci. Kurangi
plastik, belanja bawa tas/kantong dari rumah.
REUSE....gunakan lagi !!!
REUSE....gunakan lagi !!!
Masih bisa dipakai jangan dibuang
RECYCLE.....olah lagi !!!
Sampah
organik dijadikan kompos, Sampah non organik dijual untuk diolah lagi. Pembuatan kompos
skala rumah tangga sangat mudah untuk dilakukan karena bahan – bahan gunakan
adalah sisa sayuran, kulit buah, sisa makanan ini berguna sebagai bahan
pengurai, kompos jadi atau inepolen padat, jerami, inokulan cair EM4 atau
inokulan cair yang terbuat
dari ragi tempe dicampur dengan gula pasir kemudian dilarutkan, serat nanas,
ampas kelapa bekatul, kotoran hewan dan masih banyak bahan yang lain. Alat yang
digunakan adalah gentong atau tempayan atau ember yang ada tutupnya. Ember
tersebut dilubangi dibagian bawah, didalam ember diberi penyangga dan tutup
ember diberi pipa untuk ventilasi dan semprotan.
Kompos
yang sudah jadi tidak berwarna, tidak berbau dan tidak panas. Pembuatan kompos
skala lingkungan hampir sama dengan pembuatan kompos skala rumah tangga, karena
pembuatan skala lingkungan tentunya sampah yang akan diolah lebih banyak dan
membutuhkan lahan yang luas. Cara pembuatan :
Rumput yang masih hijau dicacah
terlebih dahulu agar proses fermentasinya lebih cepat, tambahkan kotoran ternak,
tambahkan sampah pekarangan, tambahkan bekatul, aduk agar semua bahan tercampur,
siram dengan inokulan cair sambil diaduk hingga merata, dimasukkan ketempat
yang sudah disiapkan, tutup dengan keset atau yang lain dan diamkan,Aduk secara
berkala (4 hari sekali), biarkan fermentasi secara alami dalam jangka 2 -
3 bulan kompos siap panen, saring kompos
tersebut (butiran yang kecil siap dikemas dan residu bisa dijadikan starter
atau untuk pupuk pertanian disawah).
TETAP SEMANGAT UNTUK RELAWAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT