KLASIFIKASI, JENIS DAN CIRI-CIRI
Secara
umum, pola budidaya perikanan air tawar yang dilakukan masyarakat di Indonesia,
dapat digolongkan atas 3 pola, yaitu :
- Pola budidaya tunggal (monoculture), dimana dalam satu unit lahan usaha hanya satu jenis ikan yang dipelihara.
- Pola budidaya campuran (polyculture), dimana dalam satu unit lahan usaha, jenis ikan utama dipelihara bersama-sama dengan jenis-jenis ikan lainnya. Jenis-jenis lain yang dipelihara bukan pemangsa ikan utama dan sebaliknya
- Pola budidaya diversifikasi, dimana dalam satu unit lahan usaha terdapat beberapa subsistem budidaya dari beberapa jenis ikan yang dipelihara, baik pola tunggal maupun campuran bersama dengan usaha budidaya komoditi pertanian lainnya
Adapun
asumsi pola budidaya yang digunakan dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah
pola budidaya tunggal. Dengan demikian, ikan yang dipelihara dan kemudian di
panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan gurami berupa benih dan ikan gurami
konsumsi.
Ikan
gurami (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga
Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang
sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang
tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang masih berusia muda lancip ke depan,
dan setelah tua menjadi dempak. Warna tubuhnya terutama di bagian punggung
adalah merah sawo sedangkan pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau
keperak-perakan. Sepasang sirip perut gurami akan mengalami perubahan menjadi
sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras
menempel pada punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah
sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm.
Strain
gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain
dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh
dan bobot maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada
penetapan strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa
yang dikenal dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu.
Ikan
gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai
kematangan telur sekitar umur 2 tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan
gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut :
Tabel
4.1.
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Betina
|
Jantan
|
Dahi
dempak (papak)
|
Dahi
menonjol
|
Dasar
sirip dada gelap kehitaman
|
Dasar
sirip dada terang keputihan
|
Dagu
keputihan sedikit coklat
|
Dagu
kuning
|
Jika
diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
|
Jika
diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
|
Bentuk
bibir tipis
|
Bentuk
bibir tebal
|
Untuk
menjamin kualitas ikan konsumsi yang baik, perlu penyediaan induk unggul karena
dari induk unggul akan menghasilkan benih unggul pula. Induk unggul dan benih
dapat diperoleh dari BBI atau dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Di Banyumas,
induk unggul oleh BBI setempat digolongkan ke dalam empat kriteria induk yaitu
unggulan 1, unggulan 2, unggulan 3 dan unggulan 4 yang dibedakan berdasarkan
pada frekuensi memijah dan banyaknya telur yang dihasilkan. Penyediaan induk
unggul oleh BBI dapat menjamin kualitas induk yang dipelihara oleh pembudidaya
yang selanjutnya mempengaruhi produksi telur dan benih ikan. Untuk memperbaiki
mutu induk yang dihasilkan dilakukan perbaikan genetik induk dengan cara
perkawinan silang (cross breeding) untuk menjamin pertumbuhan dan daya tahan
yang tinggi terhadap penyakit, dan tidak diperkenankan perkawinan satu turunan
(in breeding). Memilih induk yang baik dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri
sebagai berikut :
Tabel
4.2.
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Betina
|
Jantan
|
Warna
badan terang
|
Warna
badan gelap
|
Perut
membulat
|
Perut
dekat anus lancip
|
Susunan
sisik teratur
|
Susunan
sisik teratur
|
Badan
relatif panjang
|
Gerakannya
lincah
|
Umur
mulai dipijahkan 2 tahun
|
Umur
mulai dipijahkan 2 tahun
|
SYARAT
LOKASI USAHA
Untuk
mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan
minimal yang harus dipenuhi
- Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400 m dpl
- Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
- Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
- Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
- Temparatur optimum 25-30oC
- Kandungan oksigen dalam > 2
ppm
Habitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam.
TAHAPAN
BUDIDAYA
Budidaya
ikan gurami dapat dibagi dkedalam beberapa tahapan berikut
- Pendederan 1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama 1 bulan
- Pendederan 2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1 bulan
- Pendederan 3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram selama 2 bulan
- Pendederan 4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram selama 2 bulan
- Pendederan 5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250 gram selama 3 bulan.
- Tahap pembenihan yang mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
- Tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Penderan dibagi kedalam 5 tahap sebagai berikut :
- Tahap pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3 bulan.
Selain
tahapan budidaya sebagaimana tersebut diatas, ada pula yang membagi tahapan
pendederan dalam 3 tahapan saja berat 1 gram hingga mencapai berat 20-25 gram.
Alasan
membagi budidaya ikan gurami dalam tahapan tersebut diatas adalah :
- Membudidayakan ikan gurami sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
- Permintaan produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran konsumsi) cukup tinggi
- Keterbatasan modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam satu siklus penuh
Dengan
demikian maka pembagian tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal ini :
- Mempersingkat masa panen
- Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai
- Menurunkan resiko kegagalan panen
Adanya
tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan gurami yang
cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran yang berkaitan antara satu
dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan gurami, sebagaimana
digambarkan pada Skema 4.1.
Skema
4.1. Sistem budidaya ikan gurami :
Tahapan, lama pemeliharaan dan produk yang dihasilkan
Tahapan, lama pemeliharaan dan produk yang dihasilkan
TEKNOLOGI
TEPAT GUNA
Tingkat
teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan gurami umumnya di klasifikasikan
ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan intensif, namun tidak ada
batasan yang pasti dan jelas antara ketiga tingkat teknologi tersebut karena
penggolongannya hanya dilakukan melalui perbedaan ciri-cirinya saja. Kebanyakan
yang dilakukan masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif.
Klasifikasi teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang
meliputi :
- Pengolahan lahan
- Pengairan
- Pemupukan/pemberian pakan
- Penyediaan benih atau induk yang unggul
- Pencegahan hama dan penyakit
- Panen
- Perbaikan manajemen usaha tani
Ciri-ciri
penggunaan teknologi tradisional adalah hanya mengandalkan pada kondisi alam
saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan ikan gurami dimaksudkan hanya
sebagai tabungan saja dan dipanen setahun sekali dalam rangka memenuhi
kebutuhan hari lebaran/hari besar. Sedangkan ciri-ciri teknologi semi intensif
adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta
Usaha Perikanan misalnya dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan
disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum
secara terukur dan terkontrol. Ciri-cir teknologi intensif adalah mengacu pada
Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.
TEKNIS
BUDIDAYA
Budidaya
ikan gurami memerlukan kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak
penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan, kolam pembersaran dan kolam
pemberokan (penyimpanan sebelum di pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan
budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan
pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air,
pintu pembuangan air, caren dan kowean (sering pula disebut kemalir dan
kobakan), serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam
siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan
pembesaran ikan gurami.
(1)
Persiapan kolam
Tahap
persiapan kolam untuk pembenihan, pendederan maupun pembesaran prinsipnya
hampir sama, hanya dibedakan pada padat tebar dan jenis pakan yang diberikan
serta ketinggian air yang dibutuhkan. Konstruksi kolam dan pengolahan lahan
pada setiap tahap sama.
Foto
2 : Kolam Pembesaran di Bogor.
Di sekitar kolam biasanya ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Di sekitar kolam biasanya ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Foto
3 : Bak Kontrol.
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
a.
Pembuatan kolam
Bentuk
pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan
sebaiknya tidak lebih dari 45°C. Untuk membuat kolam dilakukan
pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk teplok”, yaitu memperdalam
saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus memperbaiki pematangnya, sehingga
ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 m. Kowean dibuat di tengah kolam
dengan ukuran 1x1x0,4 m dan diberi tanggul sehingga merupakan kolam kecil di
dalam kolam (Lihat skema 4.2.). Kowean berfungsi untuk melepaskan benih berat
0,5 gram pada saat penebaran dan tempat unuk menangkap ikan saat panen. Setelah
itu membuat caren dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai
tampat pengumpulan benih pada saat air kolam dangkal atau surut dan untuk
menggiring benih ke kowean saat panen
Skema
4.2. Konstruksi kolam pendederan ikan gurami
Pada
saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah
dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200 gr/m2 dan pupuk
kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah
kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang lengkap untuk menumbuhkan pakan
alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan
dilakukan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti
Fitoplankton, Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva
dan benih ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama
7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi
benih gurami. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan
selama 11 s.d 14 hari. Di dasar kolam dekat pintu pemasukan air sebaiknya
ditanami ganggang Hydrilla verticilata sebagai tempat berlindung dan mencari
makan benih ikan gurami.
(2).
Pembenihan
a.
Tahan pemijahan
1).
Pemeliharaan induk
Induk-induk
disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas kolam
kurang lebih 5 meter dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air sekitar
75-100 cm. Pakan yang diberikan adalah daun-daunan sebanyak kurang lebih 5%
dari berat populasi dan pakan diberikan pada setiap sore hari. Makanan tambahan
dapat diberikan berupa pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian
pelet untuk induk dibatasi untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena
dapat mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Ukuran berat induk jantan sekitar
2-3 kg/ekor dan induk betina 2-2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat dipijahkan 2
kali dalam setahun selama usia produktif (5 tahun) . Induk gurami dapat
dipijahkan tidak lebih dari 10 kali karena jika lebih dari 10 kali memijah
dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya tetas telur menjadi larva), rendah dan
mortalitas telur dan benih yang dihasilkan meningkat.
2).
Penebaran induk dan proses pemijahan
Setelah
proses pematangan gonad (yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan telur)
di kolam penampungan telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan ke dalam petak
kolam pemijahan. Luas kolam yang diperlukan untuk pemijahan adalah kurang lebih
20 m2 per pasang induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina.
Untuk mengetahui apakah induk telah siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri
sebagai berikut :
Induk
betina
- Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
- Sisik -sisik agak terbuka
- Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
- Sisik -sisik agak terbuka
Induk
jantan
- Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
- Tingkahnya sangat agresif
- Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
- Tingkahnya sangat agresif
Foto
4 : Kolam Induk.
Kolam induk yang luas dapat disekat menjadi beberapa bagian dengan menggunakan pagar bambu
Kolam induk yang luas dapat disekat menjadi beberapa bagian dengan menggunakan pagar bambu
Induk
jantan akan membuat sarang setelah 15-30 hari dilepaskan dalam kolam pemijahan.
Oleh karena itu dipersiapkan perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog,
anjang-anjang dan bahan sarang. Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari bambu
yang dipasang di bawah permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan
bahan sarang yang terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di
atas permukaan air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat
karung. Satu ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang
berlangsung selama 1 minggu.
Pemijahan
berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk gurami betina
melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga
terjadi pembuahan. Telur-telur yang jatuh ke dasar kolam di ambil oleh induk
jantan dengan mulutnya kemudian di masukkan dalam sarang. Pemijahan berlangsung
2-3 hari dan sementara pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang.
Sarang yang berisi telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk
menjaga sirkulasi dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina
menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah sarang. Satu ekor betina dapat
menghasilkan 3.000-4.000 butir, bahkan ada yang mencapai 10.000 butir telur.
Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan permukaan air di
atas sarang terlihat berminyak.
b.
Penetasan telur
Telur
dapat diambil 1 hari setelah pemijahan. Telur-telur ini kemudian dipisahkan
dari sarangnya dan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan lemak yang
menempel pada telur kemudian ditetaskan dalam wadah yang sudah disiapkan. Telur
dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dilepaskan induknya. Penetasan
telur dapat dilakukan di bak plastik berdiameter 60 cm. Bak dapat diisi sampai
1.000 butir. Benih yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning
telur yang ada pada tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10
hari), larva baru diberi pakan berupa pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya
dan dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari.
Perawatan
larva juga dapat dilakukan di kolam sawah sebagai pernyeling di sawah pada
sistem mina padi dengan cara mengambil larva yang berumur ± 7 hari yaitu
menjelang kuning telurnya habis. Larva di tebar di sawah dengan kepadatan 10
ekor/m2 dan dapat dipelihara selama 1 bulan.
Foto
5 : Telur.
Telur ikan gurami sudah dapat diperjualbelikan
Telur ikan gurami sudah dapat diperjualbelikan
Foto
6 : Telur yang Telah Menetas Menjadi Larva
(3).
Pendederan
a.
Penebaran benih
Sebelum
benih ukuran 0,5 sampai 25 gram ditebar terlebih dahulu dilakukan pemilihan
benih yang berkualitas baik untuk menjamin kualitas produksi ikan yang
dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu diperhatikan antara lain :
- Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
- Warna sisik tidak terlalu hitam
- Sisik tubuh lengkap/tidak ada yang lepas
- Tubuh tidak kaku
- Ukuran seragam
Penebaran
benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan padat tebar dan tinggi air
sesuai ukuran benih (lihat Tabel 4.3). Penebaran dilakukan pada pagi atau sore
hari pada saat suhu udara rendah. Sebelum ditebar, dilakukan penyesuaian suhu
air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam (proses aklimitasi) dengan cara
memasukkan air kolam sedikit demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah
angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam
kolam. Air akan bercampur sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan
berenang ke tengah kolam.
Foto
7 : Benih Ikan Gurami.
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran 2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran 2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Tabel
4.3. Padat tebar benih, tinggi air dan jenis pakan
Tahap
|
Tinggi
Air
|
Padat
Tebar/M2
|
Jenis
pakan
|
D1
|
30-40
cm
|
40-60
ekor
|
Pakan
alami (zooplanton), tubifex, tepung ikan atau pelet halus
|
D2
|
40-50
cm
|
30-40
ekor
|
Tepung
ikan, bungkil atau pelet remah
|
D3
|
50-60
cm
|
20-30
ekor
|
Pelet
remah/pelet kecil
|
D4
|
60-80
cm
|
±
20 ekor
|
Pelet
atau daun-daunan (sente, talas, kajar)
|
D5
|
80-100
cm
|
±
20 ekor
|
Pelet
dan atau daun-daunan
|
b.
Pemberian pakan
Selama
masa pertumbuhannyam ikan gurami mengalami perubahan tingkah laku makan
(feeding habit) yang sangat signifikan. Larva bersifat karnivora (pemakan
daging) sampai dengan ukuran dan umur tertentu, sedangkan juvenil muda bersifat
omnivora (pemakan segala) dan setelah ukuran induk menjadi herbivora (pemakan
daun). Pola perubahan tersebut terkait dengan pola perubahan enzimatik dalam
saluran pencernaannya.
Adapun
jenis pakan ikan gurami terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan
maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan
antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott), pepaya (Carica
papaya Linn), keladi (Colocasia esculenta Schott), ketela pohon (Manihot
utililissima Bohl), genjer (Limnocharis flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma
violaceum Schott), Kangkung (Ipomea reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas
Lamk), ketimun (Cucumis sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir),
dadap (Erythrina sp).
Foto
8 : Daun Sente.
Merupakan salah satu pakan ikan gurami yang lazim digunakan
Merupakan salah satu pakan ikan gurami yang lazim digunakan
Bahan
makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik hewani
maupun nabati. Komposisinya dapat diatur sedemikian rupa untuk memenuhi
kebutuhan ikan. Daftar bahan makanan yang dapat di buat pelet adalah sebagai
berikut :
Tabel
4.4. Kadar protein beberapa jenis bahan makanan
Jenis
Bahan Makan
|
Kadar
Protein
(dlm%-an
bobot)
|
Tepung
ikan
|
60
|
Tepung
daging/ayam
|
80
|
Tepung
udang
|
46
|
Tepung
darah
|
85
|
Tepung
kedele
|
36
|
Tepung
gandrung
|
9
|
Dedak
halus
|
15
|
Kacang
hijau
|
23
|
Bungkil
biji kapuk
|
27
|
Sumber
: Budidaya Gurami, M Sitanggang
Komposisi
makanan yang ideal bagi pertumbuhan ikan adalah makanan yang berkadar protein
40%. Namun untuk efisiensi biaya, persentase pemberian makanan buatan ini
hendaknya disesuaikan dengan persediaan makanan yang telah ada dalam kolam.
Bila masih cukup banyak, cukup diberikan makanan buatan dengan kadar protein
20-30% saja.
Pengaturan
komposisi makanan yang cukup menggunakan 3 bahan makanan, misalnya 33 bagian
tepung ikan, 2 bagian tepung daging dan 65 bagian dedak halus, dengan
perhitungan kadar protein keseluruhan adalah sebagai berikut (M. Sitanggang,
Budidaya Gurami, 1990) :
(60/10×33)+(80/100×2)+(15/100×65)
= 31,1 %
Selain
pakan buatan buatan pabrik berupa pelet, pembudidaya dapat pula membuat sendiri
pakan ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri akan menurunkan biaya produksi
karena lebih murah. Adapun bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk pakan
benih ikan adalah dedak, ikan asin, bungkil dan minyak ikan.
Jenis
pakan ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 4.3. Untuk benih yang masih kecil
diberi pakan yang berukuran kecil berupa zooplankton, tubilex dll dimana
seiring dengan semakin besarnya ikan makan dapat mnggunakan pakan dengan ukuran
yang lebih besar dan pakan berupa daun-daunan. Pada usaha budidaya yang hanya
menggunakan pakan daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif
lambat. Sebagai gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih
ikan ukuran 200 gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja membutuhkan
waktu 1 tahun untuk mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika menggunakan pelet
dan daun-daunan hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk mencapai ukuran 500 gram.
Sehingga dianjurkan untuk dilakukan kombinasi antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan
pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa
daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk
penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari
berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari dari berat ikan. Pemberian pakan
secara teratur dalam jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan
gurami yang optimal. Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalan
1,5-2%, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak
1,5 kg sampai dengan 2 kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan
dilakukan sampling berat ikan.
c.
Pemanenan
Pemanenan
ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Dalam
pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain :
- Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
- Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat berkumpulnya benih ikan.
- Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung
- Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30 cm.
- Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200 lt) atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya proses pengangkutan.
Setelah
pemanenan, benih di jual kepada pengusaha pembesaran gurami atau dipelihara
lagi di kolam lain untuk mendapatkan ukuran ikan yang lebih besar. Untuk
mengupayakan agar tingkat kematian benih rendah, dalam pengiriman benih
menggunakan jerigen atau drum yang diisi air bersih dan selama pengiriman benih
ikan tidak diberi pakan (perut dikosongkan).
Foto
9 : Wadah dan Alat Angkut Benih.
Benih yang siap dijual ditampung dalam jerigen yang dibuka dibagian sisinya dan diangkut dengan kendaraan angkut
Benih yang siap dijual ditampung dalam jerigen yang dibuka dibagian sisinya dan diangkut dengan kendaraan angkut
(4).
Pembesaran
Dalam
tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi kolam
berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat
tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda
dengan persiapan yang dilakukan pada tahap pendederan.
Ikan
yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan
kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan
jumlah pemberian sebanyak 1,5 – 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan
sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai
ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor.
Pemanenan
dilakukan sama seperti pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap pembesaran
pemanenen sebaiknya tanpa menggunakan alat tangkap.
Foto
10 : Ikan Gurami Konsumsi
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
HAMA
DAN PENYAKIT
Hama
yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus
(Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias
batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator
Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan
bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes,
mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu
sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang
lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air
dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
(2).
Penyakit
Gangguan
penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan
penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana
suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit
non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi
biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan.
Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam
belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena
keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara
dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air,
ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit
parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang
berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari
inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri,
virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak
penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang
menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh
ikan.
Ciri-ciri
ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
- Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir. - Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu. - Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah
satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang
tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk
oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik
atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan
infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar.
Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing
Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk
mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke
dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama
beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat
disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya
lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK),
neguvon dan garam dapur.
Selain
penggunaan bahan kimia tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan
laun lambesar (Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai
antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu
pada saat pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul
(yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1
untuk 1 masa tanam.
Penggunaan
obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang
tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung
di jual kepada konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga
sebaliknya tidak diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan
konsumsi yang mati dibuang.
Foto
11 : Daun Lambesan
Di daerah Banyumas digunakan sebagai antibiotik
Di daerah Banyumas digunakan sebagai antibiotik
PENANGANAN
BAU LUMPUR PADA DAGING IKAN GURAMI
Salah
satu permasalah yang dihadapi pada budidaya ikan gurami adalah adanya cita rasa
lumpur pada daging ikan gurami yang berasal dari bau yang ditimbulkan oleh
lingkungan terutama pada budidaya intensif di kolam dengan sistem air
tergenang. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar,
Departemen Kelautan dan Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan
gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami pada
air yang bersalinitas 8 atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurami ini
mengakibatkan perubahan waktu kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam,
dan tesktur semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan) menjadi
kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan).
Setelah pemberokan selama 7 hari ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat
gurih.
Praktik
yang dilakukan oleh petani di daerah Beji Banyumas ikan dari Beji yang
bercita-rasa rasa lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan hanya di beri pakan
berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari. Setelah itu cita rasa lumpur yang
biasanya telah hilang. Hal ini kemungkinan dikarenakan kualitas air di daerah
tersebut yang relatif jernih dan tidak banyak mengandung lumpur.
KENDALA
PRODUKSI
- Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah produksi ikan yang dapat di jual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
- Gangguan musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit. Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC. Untuk mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan pengaturan air masuk dan air keluar.
- Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif dan cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun. Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau menerapkan pola budidaya yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment